Rabu, 02 Oktober 2013

Poštá

"You have a letter at the post office."

Begitu bunyi sms Mami saat gua pulang sekolah.

Surat?
Surat dari siapa.....

I expected no one to send me a letter.

Gua baru mau telefon doi, dia udah telefon duluan

" Ahoj  Arkane, you read my texty?"
"Ano ano, I just read it"
"So you can go to Pošta."
"I must go there.... But where? Kde? Nevím, I dont know where"
"In Tremosna, you go the other way than Doma (rumah). There will be Parkoviště (tempat parkir)"
"Wait, you mean blízko Lidl?" (Dekat Lidl- Chain Supermarket terkenal di sini)
"Ne, ne! Farther to Plzeň road.... You can take it another day but its up to you"
"Tak čau"
"Tak ahoj"

Sepanjang perjalanan kereta dari tengah kota Plzeň yang memakan 20 menit waktu kehidupan itu gua berfikir, siapa, siapa, siapa, siapa gerangan yang mau mengirimkan manusia yang terdampar sendiri di sebuah kota kecil di utara Plzeň sebuah surat. Saking pentingnya minta gua sendiri ngambil ke kantor pos.

Gua berharap itu dari bonyok gua dengan berisikan duit (adooooh anak ini), soalnya duit gua hanya cukup untuk bertahan hidup 2 minggu lagi, after that gua cuman bisa dari sekolah pulang ke rumah Tiap hari tanpa jajan or jalan sama temen2 di weekend, no life.

Tapi gak mungkin, karena mereka sudah teken kontrak dengan gua soal mekanisme pengiriman penyambung kehidupan (re: duit) gue.

Terus siapa?
Surat dari Binabud?
Impossible banget, kalo Ada mereka pasti notify dari email.

Sampe akhirnya otak gue menuju ke Tebakan yang Paling memungkinkan-
Kartu Pos dari seseorang anak Indonesia lain yang terdampar di negeri-negeri nun jauh ini.

But who exactly will it be? Who čářes to send me a post card?
Mungkinkah anak Eropa lainnya? Atau dari seberani sana di Amerika?

Pertanyaan itu terus menjalar hingga sampai gua di kantor pos, yang awalnya gua gak yakin itu Ada di Mana karena tulisan "Česka pošta" nya Ada di sisi pintu yang lain.

Ternyata emang semua orang ngambil Surat sendiri disini.
Ga Ada tukang pos yang pake sepeda onthel, dulu, dan motor, sekarang, yang berkelana nyari nomer rumah - semua di telefon rumahnya dan di panggil Buat ngambil sendiri. Tiap desa gede Ada 1 kantor pos.

Ya, mungkin ga bakal bisa sistem macam itu di Indonesia - with 230 milion people and some village so far away, Dan di Jakarta no time enough there is fór more than 9 milion people living in it, further more With the traffic.

"Prosim vás" permisi...
Moment of truth datang, gua ngomong kata yang tertulis di iPad itu.
"Mám tady dopočení dopis, Arkandiptyo Muhammad"
i am here to collect a letter...

Doi ngomong beberapa kata yaňg gua ga ngerti, mampus.
Untungnya gua bisa nangkep kata terakhirnya.
"Doklad, už Pas"
Documents, atau maksudnya kartu identitas. Well better to give Paspor.

Setelah prosedur cek paspor, tandatangan, dan dikasih bon....
L'heure dé la vérité, c'ést la.

Ternyata saudara saudara.....
Amplop putih itu berasal dari.....

Praha.
What? Praha?

And its not an ordinary place which I can think of: gua bisa pikir itu dari AFS, atau dari Karlovy Univerzitu, tempat ane bakal manggung tanggal 31.

Ale není, tapi gak, it turns out....

Surat itu dari Kedutaan.



Selamat, Indonesia, anda hebat sekali.
First thing you gave, setelah tahu Ada seorang anak lelaki pelajar yang terdampar di negara yang jarang2 Ada orang Indonesia ini adalah....

Surat tentang Pemilu.
Hebat sekali Indonesia, first thing to remind, adalah kewajiban politik. Gua memampangkan senyum sepanjang jalan ke rumah yang sebenarnya adalah rasa ingin menahan tawa.
Tawa yang sama dengan tawa si Mas di Jakarta ketika kita berantem dikit ketika alasan-alasan ngeyel gua mulai jadi nyebelin dan irasional Buat doi.

Gua tahan hasrat gua buat buka itu Surat directly, let it until I get home, so I can read it clearly With (just a bit less) subjective perspective.

Dan setelah di rumah barulah gua bukalah Surat itu....

Hem, mainstream sih....
Kartu pemilih, šatů dikembalikan, šatů disimpan. Bersama dengan amplop kosong dengan sebuah prangko "Praha A" yang sudah tertempel. Biar gua tinggal ngembaliin kartu Pemilu itu.

Waw, begitu soal Pemilu begini siap sekali ya negara kita.

Dan Ada juga buku panduan kecil.
Gua iseng saja baca.....
Well Ada quote bagus sih disitu, walaupun ga Ada hubungan sama sekali dengan Pemilu menurut gua.



Tapi selain quote itu gua juga berhenti membaca cepat di šatů baris.
Ada nama yang familiar disitu, nama temannya temen Ibu. Personne en lieu yang gua kontak untuk beberapa hal.

Oh, jadi ini kenapa cepat sekali responsnya....
Gua seneng sih, it means he does take note of my presence in this country into his domain of work. Not only sebagai orang yang gua kontak...
Tapi di saat bersamaan gua berfikir, bagaimana dengan ribuan TKI, or not Even TKI, tapi juga mahasiswa, yang gak lapor ke Kedutaan or at least punya kontak orang didalam Kedutaan or konsulat.

They only get in touch With them ketika Ada persoalan visa, atau keamanan, atau masalah legal lainnya, yang biasanya hanya terjadi ketika Ada masalah - atau dalam kata lain mereka lah yang harus memulai kontak, bukan Kedutaan.

How many Indonesians havent had their rights and obligations given in the right place just because they live outside the country and they havent got any contact With our Representatives in the foreign Land?

Translate.

Berapa banyak Warga Negara Indonesia yang hanya karena tinggal di luar negeri Dan tidak punya kontak dengan perwakilan-perwakilan NKRI, tidak dapat mendapatkan hak Dan menjalankan kewajiban kewarganegaraan mereka?

Ya, gua cuman nanya sih...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar