Čau guys.
Yap after kurang lebih beberapa hari ane kembali ke peraduan menulis....
Karena itu harus banget kali ini gua nulis panjang. Maafkan, but just cant help it!
Masih inget gimana akhirnya gua bisa ketemu dengan seorang
holka (cewek) Ceko yang ternyata punya yayasan yang bantuin anak-anak SD di Lombok? Buat yang ketinggalan cerita itu monggo di cek di
sini.
Dengan sebuah SMS sederhana di hari Selasa kemarin, doi ngajak gua ke Praha pas kemarin hari Sabtu, ke Studio dia, Buat ngasih liat tari Jawa gua and sekalian latian nari bareng sama yang lain, siapa tau bisa ikut nari kapan-kapan. (This will be fór another story)
Awalnya ceritanya begitu.... Lalu Ada some twist in the story.
Ya, like always, kehidupan gua kayaknya ga pernah lepas dari frase itu - plot twister.
Singkat kata sore itu gua diminta dadakan buat nari pas besoknya, which means hari ini, Hari Minggu - gua agak gak enak dengan minta izin ke manusia2 di rumah karena gua tau mereka gak suka kalau gua dadakan pergi kemana gitu Even fór this kind of event.
Ya, orang desa Ceko lah, they really appreciate kalo udah tau Acara gua dari minimal 1 minggu sebelumnya.
Tapi itu bukan masalah, Jana langsung ngomong di telefon, bisa di clear lah masalah izin itu, gua pun fix nari.
Ga tanggung-tanggung; narinya Dayak, Kalimantan - gua diminta improv tari Perang akhirnya guapun menggali kembali teknik-teknik silat jaman dulu gua SMP sempet pelajarin, Dan audience nya juga ga tanggung-tanggung bro - World Karate Championship (aliran Fukan... Kanfu... Apa lah lupa aliran apa Karatenya), which means also Ada Dubes Dan Menteri2 segala..
And its pulled off, its a wrap bro, entah berapa karateka dari berapa negara minta foto bareng kita2 lewat iPhone Gatab dan segala gadgetnya, mungkin untuk malem ini kita adalah salah satu objek foto anonymous yang Paling banyak beredar di socmed berbagai negara haha (gak selebay itu juga kali, Cun!)
(Tapi lagi2 maaf masbro mbaksis, ini bukan my main story of this writing tonight!)
What happens after, is most interesting...
Jam sudah mulai mengarah ke pukul 6 sore, honor nari sudah diambil *tapi ujung2nya ga Ada untungnya, impas Buat tiket kereta huhu*, baju sudah diganti, gua siap untuk kembali ke Plzeň.
Tapi si Jana masih harus beres-beres beberapa urusan sama si Anushka, Radka Dan yang lainnya - gua takut gua nanti kelamaan Dan harus nunggu sampe kereta jam 9, akhirnya gua kundur pamit.
Sebelum pintu Šatná (ruang ganti) 9 itu gua tutup, Jana ngasih pesan,
"Itu keluarganya si Mahasti bawa mobil kok, minta nebeng mereka saja."
Mungkin doi bisa baca dari muka gua yang sebenernya, menggambarkan kondisi pikiran gua setelah kegembiraan sesaat bisa pull off the job well done - mikirin dengan dinginnya Jalanan Praha, mahalnya duit naik Metro, lapernya gua, Dan lamanya nunggu train jam 7 ke Plzeň.
Ya, gua sadar setelah doi ngomong itu; my face, although I have wiped off my face paint for the dance, it did still paint what was in my mind - a real mess of seeing the reality I must face after though the job has been wrapped well done
Gua pamit Dan langsung keluar dari deretan Šatná itu, ke ruang utama di lantai dasar yang disulap jadi kantin, tempat para karateka yang abis bertanding ini duduk menikmati Párek v Rohlíku (Hotdog) Dan makanan lainnya, sambil bercakap-cakap, beberapa masih dinaungi semangat bertanding, menganalisa pertandingan temannya, beberapa sudah melepas lelah mereka (ini World Championship masbro, ngertilah ane ketika bahasa Inggris ataupun Prancis ditangkep radar bunyi alami alias telinga ini).
Disitulah si Asti duduk minum bersama bokap doi.
Ngobrol bentar lah kami.
"Selesai juga ya..." Gua duduk sebelah doi sambil lepas capek yang masih keliatan jelas dari keringet yang netes di dahi gua.
Ya itu keringet dari capeknya loncat2 lompat kuntul, terkam harimau, mliwis Dan berbagai loncat lainnya yang gua improv tadi dengan tombak bambu sederhana itu, dicampur dengan keringet geregetan karena láma nunggu Dan takut bikin salah selama di panggung.
Doi masih ngeliatin gua, yeah, people always scan their new acquintances, apalagi ketika manusia yang tidak diundang tiba2 jadi temen lo adalah manusia Jawir berambut acak-adul macam gua ini.
"Kamu berarti disini sampe taun depan?"
"Ya, sampe Juni..."
"Udah disini dari kapan mas?" Kali ini giliran si Om yang masuk ke pembicaraan
"Baru 3 bulan lah, dari Agustus om."
"Agustus ya.... Dah lumayan juga berarti."
Omongan pun mulai mengalir, standar aja, soal gimana rasanya gua disini, dari Plzeň berapa láma ke sini, naik apa ke sini, the usual things... ya itu omongan dari si Om, kalau sama Asti sih, ya, berhubung doi lagi chatting sama Alma gua suruh isengin dia, ehh doi ogah "ngapain? Kurang kerjaan..." .... Ya namanya juga Jawir lagi pengen iseng, Mbak!
Lalu kemudian si Tante dateng, sepertinya abis beli minum, Dan mereka siap pergi.
Anehnya, mereka gak ngajak gua ikut bareng, not like With the Bila Hora family....
Waduh, kepriben....
Ini masalah detik, Kan! Kalo lo ga minta nebeng, keluar duit Buat Metro lagi, rugi di lo!
So akhirnya untuk pertama kalinya dalam sekian bulan, gua minta nebeng sama orang, yang bener2 100 persen kemauan nebeng itu dari gua and not from them.
"gini Om... Aku boleh numpang toh?"
"Naik Bus apa naik kereta kamu?"
Aduh si Om, wong udah dibilangin pas tadi ngobrol ke Praha ama baliknya naik kereta (you will see more example of si Om eror kalo ngomong in the upcoming examples, lucu gila men...)
"Naik kereta Om"
"Itu naik keretanya dari Smíchov apa Hlavni Nádraží?" Kali ini si tante yang bales nimpal, yap, kali ini pertanyaannya lebih tepat
"Dari Hlavni Nádraží tante."
"Ya deket lah, ndak papa, monggo monggo..."
Kami pun keluar, menuju ke parkiran.
Dinginnya angin Vinohrady malam itu langsung menyambut keluarnya kami dari bangunan yang tua, tapi jelas2 anget itu.
Kali ini giliran si Tante yang nanya2 dengan semangatnya.
"Kamu itu di bayar gak tadi?"
"Iya kok tante, tapi ya gitu...."
"Impas Buat kereta ya?"
"Iya he eh, tapi lumayan lah tante itung pengalaman."
"Iya... Mbok itung-itung kenalan juga, sama si mbak Jana, yang lainnya, sama orang Indonesia disini juga..."
"Kamu udah berapa bulan disini?"
"Itu dia udah 3 bulan dari Agustus Ma." Si Om nimbrung.
"Yah lumayan lah, di Indonesia dari Mana, dari Jakarta apa..."
"Iya dari Jakarta."
"Dulu itu kalau dari Jogja banyak dari sekolahannya Amien Rais itu." Kata si Om
"Iya.... Opo yo sekolahannya Amien Rais itu pak."
"Wis Lali aku..."
Indeed, slamat Wir, bertemu manusia satu pulau lagi.
"Banyak yang cuman 2 minggu, 1 bulanan... Tapi yang šatů tahunan jarang-jarang Tante tau... Ngomong2 itu di Plzeň kuliahnya ngambil apa?"
Asti Dan gua ketawa
"Waduh belum... Wong masih SMA tante."
"Oh SMA... Kelas berapa? Ini Asti kelas 3 SMP."
"Kelas 3 tante."
"Ya ndak běda jauh lah..."
Pintu mobil dibuka, seat belt dipasang, udara berangsur berubah menjadi hangat.
"Foto FB toh..."
Asti masih menggumam, ya, still a bit of flash back ke Sore tadi Sebelum nari pas gua pertama kali ketemu dia sebelum ganti kostum Kita awalnya cuman ngangguk bareng sambil ngomong "Halo..." Tapi gua nangkep mata doi yang juga berfikir sama dengan gua - deja vu; somewhere gua udah pernah liat manusia ini.
"Aku kok kayak pernah liat kamu ya." Bola omonganpun gua kick-off
"Iya! Dimana ya..."
Gua menghabiskan beberapa waktu sambil nunggu delay 1 jam yang láma dibelakang panggung Sebelum nari sambil mencari-cari ingatan.
Ternyata emang, gua udah pernah liat doi, tapi belum pernah ketemu.
"Aku inget sekarang.... Di time line FB, di fotonya Alma yang di Christmas Bazar itu..."
"Ya Allah... Disitu toh, aku juga kayaknya pernah liat kamu di foto bareng Alma juga...."
Terima kasih Facebook, berkat anda temennya temen yang di Tag, masih bisa keliatan di líní masa (sok bahasa @ndorokakung ceritanya) alias Timeline gua.
Makes knowing friends of your friends Easier ya rupanya hahaha. Teori Six Degrees, yang bilang katanya cukup dengan enam-tujuh "derajat" temen, kita itu harusnya tau hampir semua orang di Dunia...
Yang dimaksud derajat itu gini.
Temennya temen gua berarti šatů derajat.
Temennya temennya temen gua itu dua derajat.
Seterusnya sampe 6x, alias temennya temennya temennya temennya temennya temennya temennya temen gua.
And remember, definisi temen disini adalah orang yang lo kenal Dan lo cukup percaya ni orang bisa dibilang temen lo.
Kalau yang dimaksud "hampir semua orang di Dunia" itu berarti penghuni Kota besar yang lebih lagi sudah dipersenjatai dua mahluk yang lahir dari otak-otak jenius, masing-masing bernama "Instant Messaging" Dan "Social Média", itu sangat lah mungkin, gua pikir...
Under such circumstances, it is indeed a very plausible Theory.
Dunia emang kecil ya sekarang.
Balík ke Minggu malam didalem Mobil silver itu.
Doi masih pernasaran soal gua Dan Alma gimana rupanya. Although gua udah cerita versi simple gimana ceritanya gua ketemu ama Alma.
Walhasil terjadi pembicaraan beberapa arah - gua sama Asti ngomong apa, sementara gua sama si tante Dan Om ngomongin yang lain lagi.
Dari hasil ngorek-ngorek info sepanjang 4 ban mobil ini mengarungi jalan tua bebatuan daerah distrik Praha-2, rupanya keluarga ini bukanlah sebangsa para penghuni Bila Hora, yang sepanjang perjalanan keluarga mereka dari baru beranak 1 hingga sekarang beranak 3, selalu mengikuti arus penunjukan si Bapak Kepala Keluarga bakal ditempatin dimana selama 3 tahun kedepan; kehidupan keluarga Deplu...
This family, is a different one.
Mereka sudah Ada disini sejak tahun 1990. Which makes it, 23 years in this city now. Si Om Dan Tante udah nikah pada saat itu, Dan awalnya bukan kerja di KBRI tapi sekarang lanjut kerja terus jadi Local Staff di KBRI... Dan ya kehadiran Asti juga gak di sangka-sangka setelah sekian láma gak punya anak...
Pantes mereka ngomong Bahasa Cekonya udah fasih banget.
Pantes pula si Asti kalau ngomong bahasa Indonesia.... Ya sedikit běda lah.
Alma mungkin ketinggalan istilah "Mager", "Bomat", "Masbro" tapi I can still sense her Jakarta-ism.
Asti... Duh, beda. Jujur sebenernya agak berasa kayak ngomong sama anak kecil (ya anak SD akhir lah, gak anak kecil2 amat) padahal ini anak udah kelas 3 SMP.... Well at least she knows About "Bokap" Dan "Nyokap", haha.
Dan ya, that Jowo attitude doesnt go away after bertahun2 di Negara Bir ini.
"Mbok ya kapan2, kalau weekend, ya main aja ke rumah....
Maksudnya tante ya bukan main tok terus balík lagi kayak sekarang.
Nyampe sini Jumat sore, mulih Minggu...
Kan bisa nelfon, "Asti, aku nginep disitu ya."
Tante Om seneng2 aja nampung ndakpapa...
Kan itung2 kalo temu ngangen gitu kalo ben bosen toh liat orang Ceko mulu di rumah di sekolah...
Ya toh mas..."
Inggih tante, Inggih....
"Ya kapan-kapan lah tante."
Sementara si Asti ketawa kecil Dan gua bisik ke dia
"Persis sama kayak Bokap Nyokapnya Alma.... Ini pas pertama ketemu juga ngomongnya ini..."
Somehow berasa malah jadi kayak lagi mudik xD haha. Ditambah medhoke si Om Dan Tante yang puol jelas sekali, unmistakably Jowo. Dan Jowo yang.... Yah, generation gapnya sangat jelas terlihat, bahkan untuk gua yang seringkali harus membaur dengan orang-orang yang lebih tua, they do really look like an old pair....
Sepanjang perjalanan yang pelan tapi pasti itu pula, gua mendengar petunjuk-petunjuk mengenai situasi kerja...
"Ma, opo mau mampir Bila Hora tah?"
"Ndak usah, ben Buat besok aja toh...."
"Ya itu pengajian minggu depan."
"Udah Ada yang ngurus itu...."
"Ya ben di Bazar ketemu lagi."
"Ya susah toh kalo aku balík dari kantornya jam 4, masih banyak lemburan iki akhir taun."
Life in such a different country tidak sesederhana itu rupanya, kalau tiada embel-embel Pertukaran Pelajar Bangsa gua. Well, apapun dimanapUn, real life that kita semua bakal hadepin di kemudian hari, emang gak pernah keliatan simple....
Dua orang muda di kursi belakang pun membiarkan mereka mengurusi itu, Dan kita pun ngobrol bareng lagi....
"Kamu 99? Mosok."
"Masak gak percaya.... di Indonesia lebih susah lagi."
"Loh kenapa?"
"pada nanya, udah kuliah ya?"
"Yah itu mah... Kalo lagi mudik emang begitu. Kan ceritanya 'Udah láma ga ketemu' haha."
Memang I find it hard to believe doi baru umur 14 tahun - bandingin dengan Alma yang bentar lagi 17, padahal perawakannya ga beda2 amat. Berasa punya adik beneran ini mah haha.
And soal sekolah dia pun, gua juga susah percayanya.
"Ya nanti kan ke Gymnázium.."
"Loh kok gitu?"
"Iya kan masih 4 taun lagi..."
Yep, I forgot Gymnázium alias SMA/SMP disini Ada yg 4 taun, 6 taun, or 8 taun... Ah sistem antik sih.
Tapi ini Praha, jangan samakan dengan Plzeň dimana muka Internasional yang mereka kenal biasanya hanyalah Dari Vietnam - di sekolahan Asti Ada Pula orang Korea Dan Filipín.
Praha memang kota Internasional... Mungkin ke-Internasional-an dalam artian betapa beragamnya orang dari berbagai negara yang kerja, menetap, belajar Dan meniti hidupnya disini lebih banyak dibanding Jakarta. Mungkin.
Sebelum gua ke Praha, pas masih nunggu kereta, temen Afrika gua yang gua kenal dari meeting proyek bulan lalu pun juga ke Praha demi nengokin keluarga sepupunya.... Yeah, this city is International.
Abis nanya2 doi tentang gimana bener2 jadi anak Ceko sejak kecil, giliran gua yang cerita gimana gua bisa ketemu si mbak Jana.... Dari Travel Expo di Ladvi yang waktu itu....
Waktu berjalan terus, laper melanda, mereka mulai bicara soal mau makan dimana
"Udah ikut makan aja."
"Waduh yo ga enak lah Om, gak papa.... Suwun...."
"Sekalian nunggu kereta..."
"Makan di Vietnam aja.... Di Huong."
"Iya udah láma gak ke sana ya."
Entah mahluk apa itu Huong, tapi pastinya gua amat bersyukur, gua lagi2 menghemat duit, gua bakal tidur di kereta tanpa Perlu mikir soal perut yang bunyi menyuarakan laparnya....
Beberapa belokan Dan kami berada di sebuah Bagian Praha yang sepi, tapi jalanan dan bangunannya sih masih gaya tua bukan baru (baru means juga dari zaman Komunis, běda, ini masih bagian kota "Eropa" yang lo bayangin dari taun2 1800an gitu)....
Amat sepi.
Dan di kanan jalan warna lampu merah menyala itu pun menandai tempat cilik nan sederhana itu.
"Huong Vietnamese Fast Food."
Jangan salah, disini semua makanan Vietnam kasih embel2 Fast Food, entah kenapa.
"Ini warung ini." Kata si Tante.
Entah kenapa bisa doi bilang itu. Tapi sesampainya kami didalam Dan duduk di kursi gaya Cina itu, semuanya menjadi jelas.
Si Om, Tante, Dan Asti semuanya nyalam ke si Om Vietnam yang Jaga "Warung" ini.
"Dobry den, jak se mas?"
Layaknya kawan yang sudah lama tak bersua. Lancar mereka semua berbahasa Ceko - ya, ini orang Vietnam pertama selain temen2 Vietnam gua di sekolah yang bener2 lancar ngomong Ceko yang gua liat.
Dan ternyata itu kenyataannya Bung, melihat muka gua yang bingung kok bisa akrab banget, dijelaskanlah situasi kondisinya.
"Wah disini kita mah udah langganan." Kata si Om
"Dulu deket rumah Ada cabang, tapi tutup, gak kepegang...." Ini kata si Tante.
"Tapi kita udah láma ya tidak ke yang disini." Astipun ambil giliran ngomong.
"Itu si anaknya yang itu juga udah Gede ya, perasaan dulu masih mungil lari2 ke dapur." Si Om ngomong sambil nunjuk anak kecil yang lagi khusyuk main HPnya di pojok restoran kecil ini. Mungkin sekitar 7-8 tahunan anak itu.
Such things like these - such unlikely but true friendships like these that I see...
Ini yang gak mungkin gua dapet dari penghuni Bila Hora,
Or even dari temen2 exchange gua yang lain, se-bolang-bolangnya mereka di Kota Gede macem Praha atau Brno.
Not Even mungkin temen2 kelas gua punya.
Such a rare occasion bro, sekalinya di ajak makan, bukan di ajak makan di tempat yang Top Markotop makanannya, tapi tempat yang punya arti Buat yang ngajak kita makan.
Part of eating experience memang adalah orang-orang yang ngobrol bareng kita selama makan.
Mi Ayam "Unggul" di sebelah rumah di kampung Mbah Kung di Karanganyar, walaupun rasanya gak enak-enak amat, tapi karena yang masak dan makan disitu masih šatů keluarga Gede gua, it definitely gives its own taste.
Jadi inget gua sama si abang Míe Aceh Lamlo depan Rumah Sakit Siaga, mas-mas Dorayaki depan Alfamart Siaga, sama si Udá Fotokopi depan Mesjid Al-Ikhlas....
Duh ntar kalo balík ke Pejaten pada masih inget langganan mereka yang šatů ini gak ya? Haha.
Kami duduk di kursi sambil melepas jaket kami, hangat sangat tempat sederhana ini.
Sambil menunggu si Om Dan Tante yang masih asik ngobrol dengan si Om Vietnam ini (yang nama Baratnya, "Sheva"), Asti ngomong setengah bisik dengan muka agak serius, "yang tadi yang K itu jangan di omongin ya kak."
Kayaknya masih fresh banget di ingetan dia pas gua saking bete nya nunggu jam nari yang diundur sekitar 1 jam itu Dan gua ngomong "Ty Krávo" lalu doi kaget banget.
Duh masih anak anak ya dia haha.
"Kalau mau nanti aku ngomong yang P sama yang V juga bisa kok." Ya, Prdel and Vole.
"Ehhh jangan!" Mukanya makin mesem, gua cuman bisa ketawa
"Hahaha.... Ya gak lah, mosok aku ngomong bahasa macem gitu depan Máma Papa kamu...."
"Iya ya..."
"Tapi kan emang itu kata-kata yang pertama kakak belajar."
"Ih kok bisa..."
"Emang kenyataan, dari temen2 aku di kelas."
"Tapi iya juga ya, waktu ada anak Korea itu pertama dateng juga yang cowok-cowok ngajarin itu."
"Bener kan? Pasti emang! One does not simply learn a new language without learning the bad words first gitu, hahaha."
Tawa kami meledak kecil.
In the next few minutes gua bakal masih iseng-iseng juga sama doi, sampai akhirnya waktu basa-basi selesai Dan saatnya menuju ke bisnis sesunguhnya - pesan makanan.
Si Om mesen varian Pho yang baru.
Si Tante, nasgor bebek.
Asti, Pho juga...
Gua?
"Mate Pho Sao? S mořskými, s rybami..." Gua nanya apakah dia punya Pho Sao Seafood yang mirip kwetiaw, yang selalu jadi juara gua tiap kali ke Panda di Jalan Americka.
"Jo jo..." Yes yes...
"Tak jeden prosim." So 1 please...
Lengkap sudah hidupku malam ini. Alhamdulillah...
Kami disuguhkan Teh Vietnam Pula. Si Om hanya bisa ngomong pelan
"Biasanya kalau udah dia kasih gini, bawaannya ngobrol láma."
"Yo ndak papa Om, kereta terakhir masih bisa jam 9."
"Hus ngaco, nanti kamu kecapekan kalo jam 9..."
Percakapan berlanjut, Asti masih sibuk mainan HP.
Asik banget keliatannya, sampe tanduknya si tante keluar.
"Kamu tuh ya... Kalo mau kemana-Mana sing eling, sing Eman toh. ini hape main tinggal duit main tinggal, kalo kamu dari Záchod (toilet) ya Mbok diinget, mau keluar dari Šatná (ruang ganti) nari ya jangan pikir Šatná nya bisa di kunci..."
"Pokoknya kalau sampe ilang ndak mau beli lagi.... Itu hape 1 bulan gajiku loh. Tok plek gaji bersih..." Om pun ikutan.
Dia diem aja, tapi setelah ituGua bisa mendengar bisikan kecil ngedumelnya si Asti
"no jo... já to vím!" Iya iya, gua tau kok!
Yah, I know her position - sesama anak tunggal.... Umur masih segitu, she went what I went through juga haha, gua ketawa aja
"Ya masih umur segitu aku juga masih ngaco kok Tante..."
"Yo ben tapi ini Tiap hari di omongin, Tiap saat malahan."
"Ya asal jangan ilang aja..."
"Alhamdulillah sih belum.... Jangan sampe... Pokoknya ya kalo ilang gak tak Beliin."
"Ya kalo ilang beli lagi puasa sana... Itu bener2 gaji 1 bulan belum bayar rumah, listrik, benzin... Puasa sampe kurus situ."
Dilema punya anak tunggal kesayangan emang, now I see it how I was really damn frustating Buat penghuni Jalan Amil 2 Kavling 11, and I still am sih sebetulnya. Dan bakal selalu nyusahin kayaknya.
Kalau bukan karena gua yang masih punya ide2 Dan kelakuan2 gila yang malah makin menjadi2 setelah di sini... Běda cerita kali.
But such is reality.
Setelah makanan Tandas si Om Sheva kembali Dan duduk bareng lagi, omongan dibuka lagi.... It is really a warm one.
Gua jadi tau kalo anaknya yang Paling tua bentar lagi bakal jadi master Ekonomi di Universitas Karlova...
Ah, orang Vietnam, sama rajinnya sama orang Cina...
Kapan orang Indonesia se rajin itu ya.
Gua juga jadi tau betapa doipun juga gak pernah kontak sama yang namanya Kedutaan Vietnam.
"Možna jeden krát za deset let! Hahaha." Perhaps once in ten years, katanya sambil ketawa.
Kita cuman komen internal pake bahasa Indonesia...
"Ben kasian ya, mosok embassy, Velvislanectvi, gak ngerti dimana... Kalo Ada masalah mau dibawa kemana... Mikirnya kerja tok..."
Pikiran gua melayang ke Mbak Yanti di Dubai Dan sekian banyak TKI di luar Indonesia terutama di Malaysia Dan negara-negara minyak itu...
Mungkin mereka punya nasib sama. Hanya kerja. Dengan Kedutaan tidak Ada apa-apa, kalau Ada masalah untung banget bisa lari ke sana, kalo gak, wasalam, terima lah kerjaanmu terus nak...
The conversation was not too long, cuman 20 menitan, tapi 20 menit ini rasanya lama dan berbobot - mulai dari gimana perkembangan bisnis sampe sekarang, gimana nasib cabang yang ketutup itu terus diganti sama Potraviny (apa ya kata yang sama... semacam warung beras-kelontongan lah, toko2 semacam itu kalau di Indonesia) terus kok bisa si mas Sheva dan Family sekarang juga ngejual kopi Vietnam, ya, persisly Southern Vietnamese Coffee alias Ca Phe Xua seperti yang gua icip di Saigon 2,5 taun yang lalu....
"A vietnamský než američán, je nic!" If you compare With Američan Coffee.... Nothing!
Haha, gua setuju banget sama yang itu
....how times have changed, dan juga soal kondisi di kerjaan si Om alias di KBRI, how I verify rumor yang berada soal si bu Dubes baru yang katanya rebek. Si Om cukup verbál juga soal masalah yang šatů ini, tapi si Tante sums up dengan bahasa yang jauh, jauh lebih ngalus...
"Ya wajar, wong perempuan bawel ribut mulu, kalau laki-laki kan nggak, sing penting gawean tuntas..."
...soal gimana juga rasanya si Asti soal kehidupan jadi anak "penunggu" di Praha.
Waktu dia nunjukin gua foto tentang "anak-anak Indonesia" yang "terdampar" di KBRI berkat kerjaan bonyoknya.
Ada Alma, Nanda, Asti Dan 2 cowok lain yang gua gak kenal
"Yang ini Tyo, dia baru balík... Kalau yang ini juga nanti Februari balík..." Gua nyimak, Sebelum gua tambahin
"Terus ini nanti 2 nih katanya Juni juga balík. Aku juga Juni balík."
"Iya terus aku sendiri lagi.... Nunggu Ada yang dateng lagi... Sepi lagi."
Soal temen2 doi yang datang Dan pergi itu, dia bilang beberapa masih kenal beberapa udah ilang, but hey, gua pikir2 itu kan jaman doi kecil.... Gimana dengan 5 anak yang di foto ini? Yang semuanya lagi di masa2 hidup manusia dimana dorongan demen nyari temen lagi kenceng?
It will be interesting to see how such friendships will continue in the upcoming years.
Tapi juga gua berfikir soal anak ini yang bakal ke Gymnázium...
Takut juga gua, seeing the reality of my friends, yang gampangnya party kalo lagi Ada duit... Nyemok lintingan, And such and such....
Gua selalu agak takut kalo ketemu cewek yang lebih muda dan termasuk anak baik baik.
Takut sama masa depan mereka, gimana kalo setelah gua ketemu mereka sekian taun - mereka jadi cewek yang you know, they Could be wild party and bed animals, they Could be the gossiper next door, the metropolitan shopper who flawns her money on the latest brand....
Hormon cewek emang bisa bikin perubahan-perubahan yang drastis, seperti yang gua liat di Jakarta.
Unlogical emang, takut sama masa depan orang yang lo baru kenal, some says its a hint of love or care, but no; it just come out to me naturally...
Sejak melihat beberapa kasus di Jakarta sih sebenarnya...
Ah sudahlah, lanjut!
Dan juga soal gimana Asti kayaknya penasaran banget sama kok gua bisa kenal Alma padahal dia gak kenal gua juga sama sekali, how kayaknya kenyataan kalau gua udah punya nomernya Alma, udah pernah ke rumahnya di Bila Hora, jalan bareng (padahal cuman ke Petrin tok), kok kayaknya jadi big deal yang bikin kaget Buat doi.
Apa lagi question yang šatů itu,
"Jangan-jangan kamu kenalnya Alma.... Kenal kan?" Doi nambahin pake isarat tangan, tapi gua gak ngerti itu apa,
"Kenal apa? Kenal ya kenal lah!"
"Aduh bukan.... Ya gimana ya.... Ya kenalan..." Duh ambigu ini, bercampur sama muka doi yang pastinya menyimpan rasa Kepo Dan ngira2 yang begitu besar.
"Ya kenal gimana? Ya pasti kenal.... Kamu ini gimana, ngasih soal yang bener dong hehe."
"Mmmm....." Silence, before then she said "Ah udah lah gapapa, yang penting kenal." Pura2 ga mau tau doi, but her face cant lie.
Ah, younger girls, let them be. Toh gua cuman pengen cari temen di dunia yang jauh berbeda ini.
...soal juga ternyata bahwa si Om kadang2 bisa salah ngomong, Dan jatohnya bikin ngaco ketawa.
"Itu gimana temen-temen kamu yang di Jakarta? 10 Juta kilometer an dari sini...."
Padahal Plzeň Jakarta cuman 10 777 kilometer jauhnya, jutaan kilo mah sampe ke Bulan Om!
"Ya itu pengajian mesti di tamatin 300 Juz..."
You dont need an explanation...
"Ya wong Plzeň cuman 300 kilo dari Praha, kalo Zlín lebih jauh lagi."
Padahal Zlín yang 300 kilo dari Praha,'Plzen mah 110 doang!
"Itu di Plzeň banyak makanan enak itu, apa lagi yang di jalan opo, jalan Anglicke Inggris toh?"
Maksud dia pasti jalan Americka... Haha
Sampe2 si tante interupsi.
"Udah bapak ini mah kalo udah mau ngomong gitu ngaco! Malah bikin guyonan... mending diem.."
Semuanya berjalan benar-benar layaknya kunjungan teman láma, ditemani Teh Vietnam sesudah Pho kami semua tandas lícin dari piring.
Teh hijau Vietnam, yang Buat kami ber-4 disuguhkan di gelas kopi Espresso yang mungil tapi tetap ber-gagang, sementara Buat si mas Sheva gak bergagang; layaknya cangkir mungil Teh Cina...
Sebelum 20 menit yang terasa panjang itu Habis si Om langsung ambil kendali,
karena si Om ngomong sambil nunjuk gua.
"Musí jet zpět do Plzni" ini anak mesti balík ke Plzeň
"Hele, včera jsem byl tam!" Tapi kemarin malem ane baru dari sana! Kata si mas Sheva
"No jo, co jsi dělal?" Ngapain disana
"U kamarada." Ke rumah temen
"Tohle kluk taky zná nejaký vietnamský.... No?" Ini bocah juga kenal beberapa org Vietnam toh, iya kan? Sambil nengok ke arah gua.
"Hahaha nic, znáte panda v Americka?" Gua nanya apa dia tau Restoran Panda di Jalan Amerika
"Ah Panda je novy..." Panda mah restoran baru...
"Protože chodi tam!" Soalnya ni anak pergi makan kesana, si Om ngomong
"No jo, často tam... Často" iya sih, sering... Hehe, gua jawab.
Makan malam pun diakhiri dengan bayaran dimana si Tante bilang kalau kembaliannya disimpen aja ga usah di balíkin, and yeah, Asians that know each other well, saling ngadu siapa yang bakal nyimpen kembalian duit, Sebelum akhirnya si mas Sheva yang dapet kembaliannya.
Kembali ke mobil, menuju ke Hlavni Nádraží.
"Kamu jam 7 toh kereta? Waduh." Jam sudah menunjuk
6:40, kalau melihat gaya šetir si Om yang pelan tapi pasti, susah juga ngandelin doi... Tapi...
"Keretanya jam 7 seprapat kok Om."
"Oh ya bisa lah. Pas jam 7 nyampe nunggu bentar."
"Ya nanti bisa main 1 lagu di Piano situ lah." Yeah, I am addicted With it, Dan gua pengen ngasih kabar ke banyak orang bahwa such things exist. Remember my
proposal? Ah Arkan, kalau udah ngimpi susah mengembalikan anak ini kenyataan.
"Oh Ada toh Piano di Hlavni Nadrazi? Kok bisa main?"
"Emang Ada Om! Piano sengaja dionggokin biar orang pada main... Katanya Ada 7 di Praha."
"Yo bagus lah bisa main Piano, dari pada ini anak gitar dibeliin gak dimainin!"
"Makanya sampe tak masukin kerdus lagi, 1-2 bulan masih ga papa, abis itu, di kandangin lagi!" Si Tante Bales nimbrung...
Yeah yeah, I can just remember all my past times beberapa waktu yang lalu di Jakarta, dimana gua juga dimarahin "itu barang minjem ga dipake2" "itu kamu gak pake2 nanti aku sing pake"... Anak tunggal, anak tunggal....
"Protože nemůžu... Nemám čas..." Lagi2 si Asti ndumel dhewek pelan2. karena aku gak bisa, ga punya waktu... Katanya
"Tak dělej! Mas čas" yowis lakuin aja! Pasti Ada waktu, lagi2 gua iseng Jebe dumelan dia.
Akhirnya Jalanan depan Hlavni Nadrazi sudah terlihat, Sebelum turun, pesan terakhir yang ku ingat...
"Nanti taun baru ikut ke sini aja, ikut kita."
Haduh alamakJang.
"Dah Ada rencana aku! Sorry haha."
Salim ngomong makasih, ransel gua pake, Dan selamat tinggal keluarga yang berbeda ini...
They really are the Flip side of the coin.
Lambang garuda di koin Rupiah, Dan Singa Bohemia (Česky Lev) di koin Koruna, yang orang jarang bakal liat kalau lagi jualan, karena yang diliat pastinya Bagian yang Ada angkanya...
Tapi kalau mau kita iseng bermain nyentil koin, liat2, dengan gampangnya keliatan Bagian koin yang berbeda itu...
Mereka adalah Bagian potongan kecil dari Puzzle besar bernama kumpulan manusia yang tinggal di Republik Ceko ini, yang seringkali tidak terlihat namun mempunyai cerita sendiri, mempunyai warna sendiri yang gak bisa digantikan oleh potongan Puzzle lainnya...
Such family.